Mahasiswa dan Penguatan Wawasan Keadilan Gender

Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro merupakan Perguruan Tinggi Swasta terfavorit di Kabupaten Nganjuk. Sebagaimana perguruan tinggi swasta lainnya, IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk juga memiliki beberapa ormawa (Organisasi Mahasiswa) yang bergerak secara dependent. Beberapa ormawa yang bergerak secara dependent tersebut ialah DEMA di tingkat institut, DEMA di tingkat fakultas, Himaprodi dan UKM. Dalam struktur organisasi tersebut yang menduduki jabatan Ketua atau pemimpin organisasi adalah sosok seorang laki". Sedangkan peran perempuan rata-rata menduduki sekertaris dan bendahara. Namun untuk ketua bidang di dalam organisasi sudah terdapat sosok perempuan yang menjadi ketua bidang di beberapa organisasi kemahasiswaan. Peran seorang perempuan masih terkesan minim dalam menduduki jabatan-jabatan penting di dalam organisasi kampus.


Selain itu, jabatan-jabatan penting lebih banyak didominasi oleh seorang laki-laki. Dilihat dari kaca mata gender, hal ini masih terbilang belum memenuhi syarat adil gender. Ada beberapa anggapan dari beberapa anggota yang tergabung di dalam salah satu organisasi tertentu di tingkat Program Studi yang menyatakan bahwa sosok seorang pemimpin itu lebih diutamakan seorang laki-laki, adanya anggapan bahwa laki-laki adalah imam dan memiliki sifat tegas dan bertenaga, laki-laki lebih memiliki power lebih kuat daripada perempuan. Padahal dalam konsep gender kesetaraan bukan dilihat dari fisik, akan tetapi dari sisi kompetensi dari masing-masing individu tanpa latar belakang sex atau jenis kelamin. Beberapa pernyataan tersebut sangat bertentangan dengan konsep gender. Berbicara mengenai keadilan dan kesetaraan gender (KKG), seharusnya semua didasarkan atas kemampuan dan bukan secara fisik melainkan secara kompetensi dengan berdasarkan pertimbangan adil bagi seluruh individu. Untuk mewujudkan keadilan gender diperlukan rangkaian proses yang relevan untuk menghilangkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki yang diproduksi dan direproduksi dalam keluarga, masyarakat, maupun negata. Selain itu, upaya untuk mewujudkan keadilan gender juga mengharuskan lembaga-lembaga utama Kemahasiswaan termasuk lembaga-lembaga Organisasi intra bertanggung jawab untuk mengatasi ketidakadilan dan diskriminasi yang menyebabkan banyak perempuan menjadi miskin dan dipinggirkan.


Maka dari itu, perlu adanya sebuah pemahaman terkait konsep adil gender di kalangan mahasiswa pada umumnya, dan keanggotaan mahasiswa di dalam berorganisasi pada khususnya. Saling menjalin kerjasama demi terciptanya sebuah integrasi di bidang organisasi, bukan hanya sebagai sebuah gerakan semata namun juga sebuah gebrakan untuk saling manghargai dengan tidak membeda-bedakan individu yang hanya dilihat dari segi fisiknya saja, akan tetapi lebih kepada kemampuan dan kompetensi dengan berbasis adil gender.

Komentar

Postingan Populer